PELATIHAN KETERAMPILAN PEMBUATAN KEMBAR MAYANG SEBAGAI SOLUSI PELESTARIAN BUDAYA
Main Article Content
Abstract
Kembar Mayang merupakan elemen penting dalam prosesi pernikahan adat Jawa yang sarat nilai filosofis dan spiritual, sekaligus memanfaatkan potensi bahan baku janur kelapa yang melimpah di Kabupaten Bantul. Namun, kelestariannya terancam oleh minimnya regenerasi pengrajin, persepsi generasi muda yang menganggapnya rumit dan tidak modern, serta berkurangnya permintaan akibat komersialisasi budaya dan masuknya pengaruh asing. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan memberikan pelatihan keterampilan pembuatan Kembar Mayang kepada anggota Karang Taruna Desa Iroyudan sebagai upaya pelestarian budaya sekaligus pemberdayaan ekonomi kreatif. Pelaksanaan melibatkan tiga metode utama: ceramah, demonstrasi, dan praktik langsung, yang mencakup materi filosofi, sejarah, dan teknik pembuatan Kembar Mayang, dilanjutkan dengan pendampingan intensif. Evaluasi dilakukan menggunakan instrumen kuesioner dengan 30 pernyataan yang terbagi menjadi empat indikator, yaitu Penguasaan Materi dan Keterampilan Praktis (33%), Kreativitas dan Kualitas Karya (19%), Sikap Belajar dan Kemandirian (14%), serta Pemahaman Nilai Budaya dan Manfaat Sosial (34%). Hasil menunjukkan peningkatan signifikan pada pemahaman konsep, keterampilan teknis, kreativitas, dan kesadaran budaya peserta. Program ini terbukti efektif dalam menumbuhkan regenerasi pengrajin, memperkuat identitas budaya lokal, serta membuka peluang pengembangan ekonomi kreatif berbasis tradisi. Rekomendasi diarahkan pada perluasan sasaran peserta dan penguatan kolaborasi antara institusi pendidikan, pemerintah, dan komunitas lokal guna menciptakan ekosistem pelestarian budaya yang adaptif dan berkelanjutan.
Article Details

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-NoDerivatives 4.0 International License.
References
[2] H. M. Henrietta, K. Kalaiyarasi, and A. S. Raj, “Coconut Tree (Cocos nucifera) Products: A Review of Global Cultivation and its Benefits,” J. Sustain. Environ. Manag., vol. 1, no. 2, pp. 257–264, May 2022, doi: 10.3126/josem.v1i2.45377.
[3] M. Jufri and M. Sahril, “Pemanfaatan Limbah Sabut Kelapa Berbasis Potensi Lokal Untuk Meningkatkan Pendapatatan Keluara,” Sambulu Gana J. Pengabdi. Masy., vol. 1, no. 3, pp. 58–62, Oct. 2022, doi: 10.56338/sambulu_gana.v1i3.2873.
[4] W. Saputro, A. K. Faizin, and T. P. Sari, “Implementasi Teknologi Pengolah Limbah Sabut Kelapa Menjadi Cocofiber dan Cocopeat di Desa Lenteng Timur, Sumenep,” War. LPM, pp. 345–354, Jul. 2023, doi: 10.23917/warta.v26i3.1532.
[5] F. Vieira et al., “Coconut Waste: Discovering Sustainable Approaches to Advance a Circular Economy,” Sustainability, vol. 16, no. 7, p. 3066, Apr. 2024, doi: 10.3390/su16073066.
[6] A. A. Paryanto and P. Rahmawaty, “Peningkatan Produktivitas Ekspor Usaha Kerajinan Bathok Kelapa di Kabupaten Bantul Melalui Transfer Teknologi dan Knowledge,” … Inovasi Ilmu Pengetahuan, Teknologi …. academia.edu, 2018, [Online]. Available: https://www.academia.edu/download/111292484/30487-78966-1-PB.pdf.
[7] M. A. Putri, E. W. Abbas, and J. Jumriani, “Strategies in Developing Creative Economic Activities Based on Local Wisdom,” Innov. Soc. Stud. J., vol. 3, no. 1, p. 42, Sep. 2021, doi: 10.20527/iis.v3i1.3517.
[8] A. M. Fajar Fanjalu, “Kajian Nilai-Nilai Tradisi Kembar Mayang Dalam Prosesi Pernikahan,” Bakaba, vol. 10, no. 1, pp. 33–42, Jul. 2022, doi: 10.22202/bakaba.2022.v10i1.5864.
[9] I. R. Saputri, “Tradisi Kembar Mayang Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa Di Desa Gulurejo,” J. Din. Sos. Budaya, vol. 24, no. 1, pp. 92–98, May 2022, doi: 10.26623/jdsb.v24i1.3529.
[10] S. Widayanti, “Makna Filosofis Kembar Mayang Dalam Kehidupan Masyarakat Jawa,” J. Filsafat, vol. 18, no. 2, pp. 115–129, 2019.
[11] B. Sap, H. Budiono, and S. Widiatmoko, “Simbolisme Kembar Mayang dalam Pernikahan Adat Jawa di Kabupaten Kediri,” Pros. SEMDIKJAR (Seminar Nas. Pendidik. Dan Pembelajaran), pp. 662–671, 2023, [Online]. Available: https://proceeding.unpkediri.ac.id/index.php/semdikjar/article/download/3717/2472.
[12] “Regeneration Strategy of Indonesian Wayang Kulit Artisans,” Arts Des. Stud., Feb. 2023, doi: 10.7176/ADS/103-6.
[13] S. Suliyanto, W. Novandari, and S. M. Setyawati, “Persepsi Generasi Muda Terhadap Profesi Pengrajin Batik Tulis di Purbalingga,” J. Ekon. dan Bisnis, vol. 18, no. 1, p. 135, Jun. 2016, doi: 10.24914/jeb.v18i1.275.
[14] L. J. Chutia and M. K. Sarma, “Commercialization of Traditional Crafts of South and South East Asia: A Conceptual Model based on Review of Literature,” IIM Kozhikode Soc. Manag. Rev., vol. 5, no. 2, pp. 107–119, Jul. 2016, doi: 10.1177/2277975215624728.
[15] S. Pramono, A. F. Azmir, Aditia, H. Mahdania, and Rahmi, “Arts and culture as a national competitive advantage in Indonesia: a systematic literature review,” Discov. Sustain., vol. 6, no. 1, p. 639, Jul. 2025, doi: 10.1007/s43621-025-01215-8.
[16] A. Q. Sajidah and E. Fitriani, “Jaringan Sosial Tanah Ombak dalam Mengembangkan Budaya Literasi,” Cult. Soc. J. Anthropol. Res., vol. 2, no. 1, pp. 16–23, Aug. 2020, doi: 10.24036/csjar.v2i1.50.
[17] A. Rachman, S. Bulkis, and Hasbi, “Youth participation in the creative economy and community empowerment,” IOP Conf. Ser. Earth Environ. Sci., vol. 473, no. 1, p. 012077, Mar. 2020, doi: 10.1088/1755-1315/473/1/012077.
[18] S. Nawanksari and M. Kurniawati, “Pelatihan Make Up Dasar Bagi Siswa Kelas XI Program Keahlian Kuliner Guna Mendukung Penampilan Prima Pada Pembelajaran Tata Hidang,” Dedik. J. Pengabdi. Lentera, vol. 2, no. 5, pp. 152–160, 2025.
[19] E. Juniastuti, A. Tritanti, and S. Nawanksari, “The Effect of Dry Treatment Training on Hair Care Skills of Women Who Wear the Hijab,” J. Pengabdi. Multidisiplin, vol. 1, no. 1, 2024.
[20] E. Juniastuti, A. Tritanti, S. Nawanksari, W. Rinawati, and M. N. Fahmi, “Dampak Pelatihan Tata Rias Karakter Reog terhadap Peningkatan Keterampilan Anggota Paguyuban Reog Karso Budoyo,” Nuris J. Educ. Islam. Stud., vol. 5, no. 2, pp. 179–189, May 2025, doi: 10.52620/jeis.v5i2.136.
[21] N. Luluk Indah, “Implementasi Teori Kognitif dalam Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar,” Syntax Idea, vol. 6, no. 5, pp. 2334–2342, May 2024, doi: 10.46799/syntax-idea.v6i5.3378.
[22] T. D. W. Ilahi, F. Mufit, H. Hidayati, and R. Afrizon, “Disain dan Validitas Multimedia Interaktif Berbasis Konflik Kognitif pada Materi Vektor untuk Kelas X SMA/MA,” J. Penelit. Pembelajaran Fis., vol. 12, no. 2, pp. 182–195, Oct. 2021, doi: 10.26877/jp2f.v12i2.9324.
[23] F. A. Irawan et al., “Permainan hadang sebagai media kpoti dalam peningkatan aktivitas fisik melalui lestari budayaku bugar bangsaku,” J. Sport Educ., vol. 5, no. 1, p. 1, Dec. 2022, doi: 10.31258/jope.5.1.1-10.
[24] A. Saprini, T. Nasution, R. Saragih, and B. R. Turnip, “Tradisi Lisan Kearifan Lokal Kembar Mayang Dalam Upacara Pernikahan Adat Jawa Di Desa Sait Buttu,” J. Komunitas Bhs., vol. 10, no. 2, pp. 78–86, Oct. 2022, doi: 10.36294/jkb.v10i2.2718.
[25] A. Lestary, J. Naldo, and N. Yasmin, “Kembar Mayang Tradition in Javanese Wedding Ceremony in Dusun VI, Nagur Village, Tanjung Beringin District, Serdang Bedagai Regency,” Waris. J. Hist. Cult. Herit., vol. 5, no. 1, pp. 82–89, Jul. 2024, doi: 10.34007/warisan.v5i1.2220.
[26] L. A. D. Meiliyadi, M. Wahyudi, and F. Fidiawati, “Peningkatan Kompetensi Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Fisika Melalui Pembinaan Olimpiade Berbasis Kompetisi Sains Madrasah,” J. War. Desa, vol. 4, no. 3, pp. 148–153, Dec. 2022, doi: 10.29303/jwd.v4i3.196.
[27] K. Khalil and R. Syah, “Peran Pemerintah dalam Meningkatkan Aksesibilitas Teknologi Informasi di Daerah Terpencil,” Syntax Lit. ; J. Ilm. Indones., vol. 9, no. 6, pp. 3448–3457, Jun. 2024, doi: 10.36418/syntax-literate.v9i6.15410.
[28] M. Palupi*, R. Riviani, R. Wijaya, R. Fitriadi, S. Sutanto, and R. M. Riady, “Alih Teknologi Pendederan Ikan Gurame Di Pokdakan Karya Mina Rahayu Desa Tamansari, Karanglewas, Banyumas,” Din. J. Pengabdi. Kpd. Masy., vol. 7, no. 5, pp. 1359–1368, Oct. 2023, doi: 10.31849/dinamisia.v7i5.15800.